Tuesday, August 9, 2011

MENJAGA HATI


Sejauh mana kita bisa menjaga hati? Bisakah kita mengontrol atau mengendalikan hati kita?Bahwa kondisi hati mengendalikan kita, jelas sekali dalilnya.
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari)

Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya rha., berkata,
“Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.’
Aku pernah bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan menggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang merasa ketakutan?’
Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal membalikkannya begitu saja.’”
Dari ayat dan hadits di atas, jelas sekali bahwa hati seorang hamba ada pada kekuasaan Allah swt. Manusia tidak punya kontrol langsung terhadap hatinya. Allah lah yang punya kontrol langsung.
Allah bisa membalikkan hati seorang hamba, dari semangat untuk beribadah kemudian hatinya tidak dalam keadaan mood untuk beribadah, atau istilahnya futur.
Itulah mengapa Rasulullah saw berdoa agar Allah menetapkan hatinya pada ketaatan, jangan sampai Allah membalikkan hatinya pada ketidak-taatan.
Yang diharapkan adalah ketika berada pada masa jenuhnya, seseorang tetap berada dalam sunnah Rasulullah saw.Sebagaimana sabdanya
“Setiap amalan ada masa semangatnya, dan masa semangat ada masa jenuhnya. Barangsiapa kejenuhannya kembali kepada sunnahku berarti dia telah berbahagia, dan barangsiapa yang kejenuhannya tidak membawa dia kepada yang demikian maka dia telah binasa.” (HR. Ahmad, lihat Shahih At-Targhib)

No comments:

Post a Comment